Radang Paru pada Bayi, Harus Cepat Ditangani!

NAMANYA terdengar keren, pneumonia, tapi tak seindah namanya, ia sering dikaitkan dengan dampak ‘mengerikan’. Faktanya, pneumonia (radang paru) masih menjadi penyebab kematian terbesar bagi bayi dan balita di seluruh dunia, utamanya bayi di bawah usia enam bulan.


Kenali ciri-cirinya!

Radang paru-paru merupakan suatu infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan pendukung paru lainnya, yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau jamur. Ia bisa menyerang siapa saja, bayi neonatus (bayi baru lahir) hingga orang dewasa sekalipun.

Sayangnya, bila radang paru menimpa bayi baru lahir, akibatnya bisa sangat fatal bila tak segera ditangani.

Seperti apa sih ciri-cirinya?

“Pada bayi yang baru lahir ciri-ciri radang paru-paru yang sering dijumpai berupa sesak nafas dan merintih. Bisa juga terjadi sesak nafas hebat, retraksi (penarikan dinding dada) sebagai usaha tambahan untuk menghirup oksigen, merintih, terkadang disertai dengan biru (sianosis) di sekitar bibir dan ujung-ujung jari,” buka dr. Fahrul W. Arbi, SpA, dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Budi Kemuliaan.

Usia di atas 3 Bulan: demam dan sesak Nafas

Rupanya, manifestasi klinis akibat radang paru berbeda-beda, berdasarkan kelompok usia tertentu. Pada bayi di atas usia 3 bulan, jarang ditemui ciri-ciri bayi merintih. “Yang sering terjadi umumnya adalah panas (demam), kemudian sesak nafas, retraksi, gelisah (rewel), batuk dan frekuensi nafasnya lebih dari normal,” tambah dr. Fahrul.

Radang paru-paru pada si kecil bisa saja disertai muntah. Namun, muntah yang terjadi adalah akibat batuknya yang terus menerus terjadi. Menurut dr. Fahrul, sebenarnya batuk adalah reflek pertahanan tubuh di saluran pernafasan kita untuk mengatasi rasa tidak nyaman.

“Kalau batuknya sering, isi perutnya bisa keluar semua, kan? Makanya bisa muntah. Namun, muntah sendiri bukanlah sebuah gejala dari radang paru-paru. Jadi untuk para ibu jangan sampai salah mendeteksi,” imbaunya.

Berikan obat penurun panas

Bila si kecil menunjukkan tanda-tanda panas (demam), tindakan sementara untuk mengatasinya adalah Moms dapat memberikan obat penurun panas dulu. “Perhatikan pula bajunya. Jika si kecil memakai baju yang tebal saat badannya panas, harus diganti dengan baju yang tipis. Selanjutnya segera mencari pertolongan ke rumah sakit terdekat,” saran dr. Fahrul.

Ya, penanganan radang paru pada bayi tidak bisa ditunda, harus segera ditolong oleh dokter. Pasalnya, bila ditunda, infeksi tersebut bisa menyebar. “Infeksinya bisa menyebar ke mana-mana. Bisa menjadi meningitis, infeksi darah, terakhir bisa menjadi infeksi menyeluruh ke seluruh tubuh,” tegas dr. Fahrul lagi.

Si faktor pencetus

Ada tiga hal penting mengapa si kecil atau orang dewasa bisa terkena sebuah penyakit. Pertama, faktor host (kemampuan kekebalan tubuh kita sendiri). Kedua, faktor environment (lingkungan). Ketiga, faktor agent penyebabnya (kuman, bakteri, virus, jamur dan lain-lain).

“Jika terjadi ketidakseimbangan dari ketiga faktor tersebut, maka seseorang atau bayi bisa terkena penyakit atau infeksi. Hal yang paling sering dijumpai adalah karena si kecil tertular oleh temannya, orang tua atau orang yang ada di sekelilingnya,” dr. Fahrul menyimpulkan.

Itulah sebabnya, sangat penting untuk menjauhkan bayi dari orang yang sedang sakit, walau batuk pilek sekalipun. “Penularan radang paru-paru pada bayi dari orang dewasa dapat terjadi walau si orang dewasa ini tidak terkena radang paru-paru, mungkin hanya batuk dan pilek biasa saja. Namun pada bayi, penyakit itu bisa jadi berat, karena dia masih sangat rentan,” papar dr. Fahrul.

Selain itu, faktor lingkungan juga bisa memengaruhi kesehatan bayi. Lingkungan yang kurang sehat, misalnya banyak allergen, bisa memperburuk kondisinya. “Lingkungan yang pengap bisa menyebabkan bayi batuk. Tapi, terkadang hal itu hanya alergi biasa saja, bukan karena infeksi,” katanya. Ia melanjutkan, “perbedaannya, pada alergi sering timbul batuk tapi tidak panas, kecuali jika ada infeksi baru disertai panas.”

Cegah dengan vaksinasi IPD

Perlu Moms ketahui, radang paru-paru bisa terjadi lagi (kambuh) pada si kecil jika tidak menjaga kesehatan tubuh, lingkungan dan asupan gizinya.

Itulah sebabnya, kita perlu mencegah hal itu terulang lagi. Salah satu caranya melalui vaksinasi. “Saat ini pneumonia dapat dicegah dengan vaksinasi IPD (Invasive Pneumococcal Disease) untuk infeksi karena Pneumococcus, dan dengan Vaksin Hib (Haemophilus Influenzae type B) untuk penyebab radang paru-paru dari virus influenza. Vaksin ini dapat diberikan sejak usia dua bulan dan dapat ditanyakan pada dokter tempat anak Ibu kontrol,” urai dr. Fahrul.

Berpengaruh pada berat badan

Jika si kecil terkena radang paru-paru hanya sesekali saja, Moms tak perlu terlalu khawatir dengan tumbuh kembangnya. “Kekhawatiran akan timbul jika sering sekali terkena radang paru-paru, akibatnya ia sering sakit. Maka asupan yang ia konsumsi baik berupa makanan atau ASI dari ibunya akan digunakan tubuh untuk mengatasi infeksi tersebut. Pasalnya kebutuhan energi pada bayi saat terserang penyakit selain digunakan untuk mengatasi penyakitnya juga untuk tumbuh kembangnya,” jelas Dokter yang ramah ini.

Sehingga, menurut dr. Fahrul, bila anak terkena infeksi paru-paru yang berulang pada akhirnya bisa berdampak pada gangguan tumbuh kembangnya. “Jika ini terjadi terus-menerus dapat mengganggu berat badannya – berat badannya tidak naik. Tapi kalau hanya terjadi sesekali sih tidak,” ia menenangkan.

Agar anak terhindar dari radang paru

1. Perhatikan tumbuh kembang si kecil. Kapan harus datang untuk kunjungan rutin ke dokter anak.

2. Ikuti jadwal imunisasi. Tanyakan pada dokter anak kapan waktunya diberikan vaksin untuk mencegah pneumonia.

3. Hindari bayi dari orang-orang yang sedang flu, pilek, demam atau batuk bersin. Jika orangtua sedang sakit, jangan tidur satu kamar dengan bayi. Gunakan masker untuk mencegah bayi tertular.

4. Jika bayi pernah terkena radang paru-paru, cegahlah dengan menjaga kebersihan diri, asupan dan lingkungan. Jika tidak enak badan (demam) jangan memberikan makanan dingin (es), coklat dan kacang-kacangan. Hindari pula santan serta goreng-gorengan.

5. Selalu sediakan obat penurun panas anak di rumah.

6. Jagalah kebersihan AC. Jika memakai kipas angin, jangan langsung diarahkan ke tubuh bayi atau dipantulkan ke dinding. Karena debu bisa berterbangan ke mana-mana. Alangkah baiknya jika Moms menggunakan exhaust.

(Mom& Kiddie//ftr)

0 komentar:

Posting Komentar